(Disarikan dari Ngaji Bareng Syuriyah kitab Nihayatuz Zain yg ke-6 yg dilaksanakan oleh PCNU Kota Mojokerto)
Dulu, Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallama bersama para sahabatnya sering mengadakan pertemuan untuk mempelajari Islam dan beribadah secara sembunyi-sembunyi di Darul Khoizaran (Darul Arqom, rumah milik shahabat al-Arqom bin Abdil Arqom al-Makhzumi radliyallahu anhu). Namun semuanya berubah saat Umar bin al-Khotthob radliyallahu anhu msuk Islam. Umar Ra. berkata pada Rasulullah Muhammad Saw.:
يا رسول الله لا يعبد الله بعد اليوم سرا، اخرج بنا إلى قريش لا نخاف ونحن أربعون رجلا
“Ya Rasulallah, Alloh tidak disembah secara sembunyi-sembunyi lagi mulai hari ini. Keluarlah bersamaku pada kuam Quraisy. Kita ini 40 laki-laki dan kita tidak takut.”
Keluarlah umat Islam yang saat itu masih berjumlah 40 orang dalam dua barisan dengan dikawal Umar bin al-Khottob dan Hamzan bin Abdul Muthollib (yg masuk Islam 3 hari sebelum Umar) radliyallahu anhuma. Sesampainya di Masjdil Haram, Umar Ra berteriak dengan suara lantang, “Siapa pun yang bergerak dari tempatnya, akan Kuhunuskan pedangku padanya!”
Rasulullah lalu maju memimpin tawaf, shalat dua rakaat (shalatnya di waktu Dhuhur dan syariat shalat belum ada), membaca al-Qur’an dengan suara keras, kemudian kembali lagi ke Darul Arqom.
Setelah khulafaur rasyidin dan 40 sahabat yang berkumpul di Darul Arqom, urutan shahabat yg mulia adalah ahlu Badar. Mereka adalah 313 shahabat yg berperang melawan 1000 kafir Quraisy dalam perang Badar (Badar adalah daerah yg terletak antar Makkah dan Madinah) pada hari Jum’at 17 Ramadhan 2 H. Angka 313 ini jumlah yg sakral karena menyamai pasukan Thalut yg menang dalam menghadapi pasukan Jalut. Atas pertolongan Alloh melalui pasukan malaikat-malaikat-Nya, pasukan 313 ini menang melawan 1000 pasukan dengan korban jiwa yg hanya sedikit; 6 dari shahabat muhajirin, dan 8 dari shahabat Anshor. Kesiapan ahli Badar yg siap mati ini membuat mereka dimuliakan Alloh. Membaca nama ahli Badar mempunyai fadilah tersendiri. Ada kitab namanya “Jaliilatul Kadar” yg hanya dengan membawanya saja kita bosa mendapatkan fadhilah.
Perjuangan ahli Badar mendapatkan keistimewaan tersendiri di sisi Alloh dan Rasulullah. Hal ini terbaca pada cerita dari Sayyidina Ali radliyallahu anhu tentang pembelaan Rasulullah pada salah satu ahli Badar, Hatib bin Abi Balta’ah, yg membocorkan rahasia Rasulullah dan umat Islam di Madinah pada kafir Quraisy Makkah yg diabadikan oleh Imam Bukhori rahimahullah. Saat ditanya oleh Rasul mengapa ia berbuat demikian, ia menjawab, “Sungguh aku orang Quraisy dan sekarang aku bukan bagiandari mereka. Orang muhajirin yang ikut bersamamu masih punya famili di Makkah yg bisa menjaga keluarga dan harta mereka. Aku hanya ingin saat aku dicoret dari nama Quraisy, aku berusaha agar mereka masih mau menlindungi keluargaku. Aku melakukan yg demikian bukan karena kufur dan murtad.” Rasulullah meresponnya, “Ia benar.”
Sayyidina Umar radliyallahu anhu naik darah, “Biarkan aku memenggal kepalanya, wahai Rasul!” Rasulullah menegurnya, “Sungguh ia ahli Basar, apa Engkau tak tahu? Barang kali Alloh melihat orang-orang yg pernah ikut perang badar dan berkata ‘lakukan apa yg kalian inginkan, sungguh aku telah mengampuni kalian”.
اعملوا ما شئتم، قد غفرت لكم (رواه البخاري)
Urutan shahabat mulia selanjutnya adalah ahli Uhud, yakni 700 shahabat yg siap syahid menghadapi 3000 orang kafir Makkah yg dipimpin Abu Sufyan dalam peperangan di sebuah gunung yg dekat dari Madinah pada hari Sabtu 7 Syawal 3 H. Karena kekhilafan pasukan pemanah, kali ini pasukan Islam kalah dan 70 shahabat menjemput syahid. Termasuk 70 syuhada itu adalah Sayyidina Hamzah, sang pengawal umat Islam beribadah di Masjidil Haram, di tangan Wahsyi lalu Hindun bin Utbah merobek dadanya dan memakan hatinya (limpanya). Banyak Syuhada lain yg juga dimutilasi oleh pasukan kafir Makkah sebagai pembalasan dendam atas kekalahan mereka pada perang Badar.
Ahlu Badar dipuji karena ketegaran umat Islam menghadapi lawan yg jumlahnya tiga kali lipat, ahlu Uhud dimuliakan karena ketegaran umat Islam dalam bertahan pada peperangan yg umat Islam kacau balau dan Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallama diisukan wafat. Rasul giginya patah, bibir bawah & keningnya robek, dua mata besi menancap di pipi mulianya.
Shahabat mulia selanjutnya adalah ahlu Hudaibiyyah, yakni 1400 shahabat yg keluar bersama Rasulullah dari Madinah pada tahun 6 Hijriyah menuju Masjidil Haram untuk ibadah umroh. Karena mereka tidak membawa senjata kecuali asesoris pedang (orang Arab punya kebiasaan membawa pedang sebagai asesoris), mereka dipukul mundur tidak bisa memasuki Makkah. Paling jauh, umat Islam hanya bisa sampai Hudaibiyyah yang paling dekat dengan Makkah. Di tempat inilah, di bawah pohon, Rasulullah membaiat (mengambil sumpah, terkenal dengan sebutan baitur ridwan) pada 1400 shahabat yg hadir untuk siap mati demi agama Alloh dan untuk tidak melarikan diri dari peperangan. “Fa anzalas sakiinata ‘alaihim wa atsaabahum fathan qoriibaa.” Alloh turunkan ketenangan dan kemenangan dalam waktu dekat. Diantara wujud kemenangan itu adalah lahirnya perjanjian Hudaibiyyah di tahun yang sama.
Syekh Nawawi rahimahullah melanjutkan pembahasannya dengan memberikan penekanan (tanbiih) bahwa ilmu fikih dan ilmu tauhid adalah konsekuensi logis dari mengakui risalah yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad shallallahu alaihi wa sallama. Mengamalkan ilmu fikih sama dengan mengakui risalah yg dibawa Rasulullah sebab ilmu fikih adalah hukum-hukum syar’i yang bersumber dari risalah tersebut. Dan sudah maklum bahwa percaya pada risalah yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad shallallahu alaihi wa sallama adalah bagian dari ilmu tauhid.
Ilmu tauhid ada tiga jenis; ilaahiyyat, nabawiyyat, dan sam’iyyat. Ilaahiyyat adalah pembahasan tentang sifat wajib, sifat mustahil, dan sifat jaiz Alloh. Nabawiyyat adalah pembahasan tentang sifat wajib, sifat mustahil, sifat jaiz Alloh. Sam’iyyat adalah masalah-masalah yang tidak bisa didapat kecuali dari mendengar dan tidak bisa diketahui kecuali dari wahyu Alloh Subhaanahuu wa Ta’aalaa, seperti pertanyaan Munkar Nakir, adzab & siksa kubur, hari kebangkitan, hari dikumpulkannya manusia di padang mahsyar, syafa’at, catatan amal, perhitungan amal, timbangan amal, jembatan shirotol mustaqim, surga & neraka, serta peristiwa isro’ mi’roj.
Alasan mengapa Syekh Nawawi hanya menyantumkan ilmu fikih dan tauhid (aqidah) sebagai pengakuan atas risalah yang dibawa Rasulullah, mengapa ilmu akhlak tidak dicantumkan misalnya, sepertinya karena Syekh Nawawi menggunakan pendekatan dakwah Makkah yg mengedapankan akidah (pengesaan Alloh) dan fikih (cara mengesakan Alloh dalam wujud ibadah).
Ringkasan urutan shahabat terbaik adalah khulafaurrasyidin, al-mubassyiriina bil jannah (shahabat-shahabat yg dijanjikan masuk surga), ahlu daril Khoizaran, ahlu Badar, ahlu Uhud, ahlu Hudaibiyyah (ba’atru ridwan). Beberapa shahabat banyak yang berstatus ganda seperti khulafaurrasyidin, keempat-empatnya adalah berstatus khulafaurrasyidin sampai ahlu Hudaibiyyah, kecuali Sayyidina Ustman radliyallahu anhu. Sayyidina Utsman absen perang Badad karena menjaga putri Rasulullah (istrinya) yg sedang sakit. Sayyidina Utsman tidak ikut ba’atur ridwan karena diutus Rasulullah untuk memyampaikan misi dakwah Rasul pada kafir Quraisy di Makkah.
Kantor PCNU Kota Mojokerto
Mojokerto, 1 Februari 2025
Qari’: Gus Ali Haidar
Notulis: Taufik Taufani